- Ekshibisi kaca terbesar di Asia Tenggara, diikuti 233 peserta ekshibisi dari 14 negara
- Ajang bertaraf internasional yang menjadi pusat kegiatan untuk segala hal terkait produk dan teknologi kaca yang menghadirkan perspektif-perspektif baru di bidang tren industri kaca mutakhir dan green architecture dalam rangka mendukung para profesional dalam menentukan sentuhan karya rancang mereka
Jakarta, 19-21 November 2015 – Glasstech Asia 2015, eksibisi internasional ke-13 yang menggelar produk-produk kaca, manufaktur kaca, serta pemrosesan dan materialnya, dibuka hari ini di Jakarta International Expo Kemayoran, Jakarta, Indonesia. Gelaran yang diselenggarakan oleh Conference & Exhibition Management Services Pte Ltd (CEMS) dan Singapore Glass Association (SGA) serta bekerja sama dengan Asosiasi Kaca Lembaran dan Pengaman (AKLP) Indonesia ini diikuti oleh 233 pelaku industri kaca dari 14 negara dengan luas area pameran mencakup sekitar 8000 meter persegi.
Terdapat 8 (delapan) pavilion di ajang ini, masing-masing adalah pavilion Indonesia, Singapura, Italia, Inggris, Taiwan, Jerman, Tiongkok dan Malaysia.
Selama penyelenggaraan Glasstech 2015, akan digelar pula Specialized Hollow Glass Asia 2015 yang merupakan eksibisi internasional ke-9 khusus untuk industri produk-produk kaca berongga, mesin dan perlengkapannya, serta industri kaca manufaktur, serta ajang Glass Accessories Asia 2015 yang merupakan eksibisi internasional ke-5 untuk produk dan aksesoris kaca. Selain itu, akan diselenggarakan pula konferensi berskala internasional, yakni Asia Architectural Glass Conference 2015 bertema “Future Trends in Architectural Glass” dan Glass Processing Conference 2015.
Edward Liu, PBM, Group Managing Director, CEMS, mengatakan, “Inovasi di industri kaca senantiasa berperan penting dalam membentuk lanskap lokal serta menjawab kebutuhan stakeholder terhadap arsitektur yang estetis dan hijau. Glasstech Asia 2015 bertujuan untuk menghubungkan pemain-pemain besar di industri kaca dunia dengan para pemain lokal – arsitek, kontraktor, pengembang, teknisi, dan para manajer fasilitas, sekaligus menggelar terobosan baru dan tren kaca terkini, seperti produk-produk kaca self-cleaning dan kaca yang terlapisi proteksi, guna membantu para profesional melahirkan keputusan-keputusan terbaik untuk desain mereka.”
Edward menambahkan, bagi Indonesia, Glasstech Asia 2015 diharapkan dapat menjadi salah satu bentuk partisipasi dalam menggairahkan atmosfer positif khususnya dalam mendukung upaya pemerintah Republik Indonesia dalam kian menggiatkan pembangunan infrastruktur guna menarik banyak investasi baru sekaligus meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional.
Dukungan untuk Industri Kaca Nasional
Kendati kondisi ekonomi di kuartal I kurang menggembirakan, masih ada angin segar bagi industri kaca nasional di paruh kedua tahun ini dengan mulai dicairkannya anggaran belanja pemerintah (APBN-P 2015), terutama untuk proyek-proyek infrastruktur. Berjalannya proyek-proyek infrastruktur memberi peluang bagi industri-industri terkait, seperti properti dan otomotif, untuk menggenjot penjualan yang pada akhirnya juga berdampak pada meningkatnya permintaan kaca.
“Prospek industri kaca di Indonesia tidak bisa lepas dari kondisi beberapa sektor industri, terutama properti dan otomotif. Sebagaimana industri pada umumnya, sektor properti dan otomotif juga terkena dampak melambatnya perekonomian dalam negeri,” ujar Putra Narjadin, Ketua II Asosiasi Kaca Lembaran dan Pengaman (AKLP) Indonesia.
Putra menambahkan, industri kaca bergantung pada permintaan dari sektor properti dan otomotif sebagai pasar utama bagi produsen kaca. Karena itu, tumbuhnya sektor infrastruktur khususnya properti dan konstruksi serta sektor otomotif akan meningkatkan penjualan kaca. Begitupula sebaliknya.
Saat ini, sekitar 70%-80% pasar kaca nasional diserap oleh sektor properti dan konstruksi. Sisanya, sebesar 20% untuk melayani permintaan industri otomotif. Sementara dari segi tujuan pasar, selain dalam negeri, industri kaca nasional juga menjual ke pasar luar negeri seperti Asia Tenggara, Jepang, Timur Tengah, dan Selandia Baru dengan porsi ekspor 30%-40% dari produksi nasional.
“Terlepas dari tantangan melambatnya pertumbuhan ekonomi, yang juga dialami oleh negara-negara lain, Indonesia tetap menjadi pasar yang menarik bagi produsen kaca dunia. Industri kaca nasional saat ini mengusai pasar kaca dalam negeri yang berkisar 700.000 – 800.000 ton per tahun. Kaca lembaran impor hanya mampu mengambil 5% pangsa pasar, yaitu untuk kaca khusus yang tidak diproduksi di Indonesia. Kami berharap, Glass Tech Asia 2015 akan semakin menguatkan sentiment positif bagi industri kaca di Indonesia yang diharapkan terus meningkat seiring dengan mulai berjalannya pembangunan infrastruktur baru di Indonesia,” pungkas Putra Narjadin.